Selasa, 14 April 2015

Negeri Para Pelawak

Pada awal pembahasan kita, akan kita mulai dengan sesuatu yang lucu yang dapat membuat siapa saja yang melihat dan mendengar pertunjukan manusia di negeri tercinta kita tertawa terbahak-bahak, tersenyum bahkan malu dan terpingkal-pingkal sampai menangis haru dan sedih. pada tahun 2014 ini dapat kita sebut dengan tahun politik, yaitu tahun dimana semua orang yang bergelut dengan dunia politik bersaing, berjuang dan bekerja keras atas nama bangsa ini, apakah anda yang membaca buku ini juga termasuk salah satu orang yang terwakili oleh mereka atau bahkan anda adalah salah seorang yang mendapat bagian dari kerja keras mereka, sungguh indah negeri ini.
Salah satu kisah yang menarik dari kegiatan pesta rakyat kita kemarin, yang saya alami dalam suatu TPS (Tempat Pemungutan Suara) terlihat tergopoh-gopoh seorang nenek yang tua renta datang diantarkan oleh cucunya dengan santai dan tegas dia bertanya kepada salah seorang petugas TPS menggunakan bahasa jawa  “ nak aku pokok e milih jenenge x no x sing ndi yo?” dengan wajah setengah nyengir petugas itupun menunjukkan Caleg yang dipilih oleh nenek tsb. Hati inipun langsung merasa iba terhadap nenek yang bertekat kuat untuk memilih caleg tersebut,kebetulan dalam obrolan kecil pada saat mengantri ada teman saya ada yang iseng dan penasaran kepada nenek tersebut, ahirnya ia bertanya pada nenek tersebut “ nek yang akan anda pilih itu siapa? apa anda kenal dengan orang tersebut nek?” nenek tersebut dengan lugu menjawab “ ndak nak, tadi pagi salah satu orang suruhan bu X tersebut mengirimi saya uang, kasihan nak kalo ndak dipilih..” saya dengarkan obrolan kecil mereka sambil tertawa kecil yang agak saya tahan takut menyinggung mereka, sekali lagi indahnya bangsaku ini
Adalagi kami disuguhi adegan yang sangat lucu dan menarik,pesta rakyat yang lebih kecil yaitu pilihan kepala desa(lurah). mungkin ini adalah salah satu kehebatan bangsa kita yang tidak dimiliki oleh bangsa lain didunia ini, peristiwa ini dimulai pada saat akan diadakan pemilihan kepala desa, semua calon sibuk untuk membentuk team sukses yang biasanya disebut dengan bahasa jawa “Pecut” yang kurang lebih artinya cambuk, maksudnya ialah agar dapat menjadi cambuk yang meenggelagar suaranya sehingga dapat menggiring orang untuk memilih calon yang didukungnya, pada akhirnya si pecut tersebut dengan segala cara membela mati-matian seluruh calon yang didukungnya tetapi sebelum bekerja para pecut ini biasanya punya perjanjian yang tidak tertulis dengan para calon Lurah tersebut diantaranya biasanya mereka dijanjikan untuk menggarap salah satu tanah ganjaran bagi para calon lurah tsb. Ada juga pecut yang saya sebut mr. X yang mau menjadi pecut gara-gara dia mau menyalonkan anaknya menjadi salah seorang Kasun (Kepala Dusun) pada periode kepemimpinan lurah tersebut . jika hal ini sudah anda anggap lucu menurut saya  ini belum begitu lucu, ada kejadian yang lebih  lucu lagi, ada dalam satu keluarga suami istri sang ayah menjadi pecut dari calon lurah x dan sang adik menjadi pecut dari calon lurah y, mereka yang biasanya bersenda gurau dan berbicara biasa setelah menjadi team sukses dari calon masing-masing sadar tidak sadar mereka menjadi musuh dan saling menjatuhkan dalam dunia perpolitikan di tingkat bawah negeri ini, bahkan anak merekapun menjadi korban politik mereka, anak mereka dilarang bermain dan bergaul dengan musuh calon politik mereka yang notabene masih saudara meraka sendiri, hal ini tidak berhenti disini saja pada saat menjelang hari H pemungutan suara terjadi kehebohan yang luar biasa, saat masing-masing calin membagi-bagi uang transport pada hari H dengan alasan sebagai ganti kerja upah kerja mereka, memang sekilas timbul pertanyaan dalam hati kecil saya, begitu perdulikah para calon lurah ini sampai-sampai mau mengganti uang transport pemilih sebagai ganti gaji para pemilih yang tidak bekerja?  Berarti mereka (para calon lurah) adalah orang yang baik semua, bahkan menurut saya baiknya itu melebihi orang lumrah, kerja di desa saja biasanya yang paling mahal kelas tukang bangunan sehari Rp. 70.000,- para calon lurah ini mau memberi ongkos kepada para pemilih sebesar Rp.100.000,- untuk kerja mereka selama paling lama setengah jam termasuk antri di TPS, alangkah baiknya jika sebuah desa dipimpin seorang lurah yang demikian, pasti desa tersebut akan menjadi makmur jika, besok pada saat menjadi lurah akan membayar gaji pekerja mereka sebanyak itu, alangkah indah negeri ini.
Kejadian di desa tersebut memang gambaran kecil keadaan bangsa kita saat ini, kemungkinan ini tidak hanya terjadi di desa saya saja , hal ini mungkin sudah terjadi di desa atau kampung anda juga, jika ditinjau dari sisi yang berbeda, apakah mereka yang memilih ataupun mereka yang ingin dipilih salah?, hal ini adalah suatu fenomena yang sangat sulit untuk dipecahkan, sebab tolak ukur benar dan salah dalam kondisi seperti ini terletak  pada hati nurani masing-masing dari para pembaca. Dalam satu sisi bagi para pemilih mereka beranggapan bahwa mereka memilih calon yang memberi uang transport yang lebih besar karena mereka menggunakan hati nurani mereka, mereka bermain dengan rasa kasihan para penduduk yang menerima uang tersebut dan bagi para calon mungkin ini adalah salah satu kerja keras yang harus mereka lakukan atau barangkali merupakan latihan mereka dalam memperhatikan nasib rakyat yang akan mereka pimpin kelak.
Terkadang dalam hati kecil saya berkata “apakah memang kau takdirkan negeri ini begini Ya Alloh, memang luar bisa godaan dan ujian darimu, jabatan yang notabene adalah amanah dari-Mu sampai  bisa memutuskan silaturahim diantara kami, apakah hal ini mereka lakukan karena ingin menerima amanah dari-MU, mereka rela uang mereka habis untuk mengganti uang transport para pemilih mereka, mereka rela bermusuhan dengan sanak dan saudara mereka hanyakarena  ingin menerima amanah darimu, apakah memang sungguh indah dapat menerima amanah darimu, sehingga mereka lakukan apapun untuk itu, hati ini sangat bangga bila memang tujuan mereka hanya kepadamu, sungguh indah negeri ini”.
Jabatan memang mahkluk ciptaan yang aneh, unik  dan dianggap penting, saya sebut mahkluk karena semua selain Alloh adalah makhluk. Saya teringat pernah membaca karya KH. A. Mustofa Bisri[1]yang menceritakan salah seorang yang begitu perkasa menangis tersedu-sedu karena takut untuk memegang amanah ketika sahabat karibnya menunjuk dirinya sebagai khalifah (pemimpin) takut karena beratnya tanggung jawab terutama karena kerasnya hisab pada hari kiamat, bahkan sampai diapun berkata “jika kau benar-benar mencintaiku, wahai kholifah, janganlah kau bebankan amanah yang besar itu kepundakku, masih banyak orang lain yang lebih mampu daripadaku”
Mendengar kata-kata dari umar, akhirnya Abu bakar menjelaskan kepada Umar mengapa ia memilihnya, sebagai pemimpin ia menjelaskan bahwa ada dua orang yang akan masuk neraka yang pertama  yaitu orang yang nekat menjadi seorang pemimpin, padahal dia tahu bahwa ada orang yang lebih mampu daripadanya, kedua orang yang mampu dan pantas memegang amanah tetapi menghindar tidak mau menjadi pemimpin karena lari dari tanggung jawab.abu bakar tahu bahwa untuk urusan amanah memang banyak orang yang dapat dipercaya dan dapat memenuhinya, tetapi siapakah yang dapat menandingi keberanian dan kekuatan Umar untuk menjaga dan membela kepentingan rakyat.
Akhirnya setelah mendengar uraian pendapat dari Abu bakar, secara obyektif dengan berat hati umar menerima permintaan abu bakar tersebut, tetapi alasan umar menerima ialah bukan karena dunia tetapi murni karena perintah Alloh, itupun juga tidak langsung dengan sertamerta Umar mau menjadi pemimpin, Umar tetap meminta Abu bakar untuk bermusywarah dan meminta persetujuan dari para tokoh-tokoh muslim pada saat itu. Membaca cerita ini saya harap semoga para pemimpin bangsa ini nekat ngotot berebut menjadi pemimpin  karena mencocokkan diri dengan pendapat abu bakar yang kedua yaitu  akan masuk neraka orang yang mampu dan pantas memegang amanah tetapi menghindar tidak mau menjadi pemimpin. Sungguh indah negeri ini.






[1] Bisri, KH. Mustofa, Membuka pintu langit : Kompas, jakarta, 2007